Jamur tiram merupakan jenis jamur
kayu, dan jenis jamur kayu ini mudah dibudidayakan dengan aplikasi
teknologi yang sederhana. Pengembangan jamur tiram tidak memerlukan
lahan yang luas, cara budidaya mudah, masa produksi jamur tiram relatif
lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat dan kontinyu.
Budidaya jamur kayu (jamur tiram) dapat dikelola sebagai usaha
sampingan ataupun usaha ekonomi skala kecil, menengah dan besar. Seiring
dengan populernya dan memasyarakatnya jamur tiram sebagai bahan makanan
yang lezat dan bergizi, maka permintaan konsumen dan pasar jamur tiram
terus meningkat. Dalam tulisan ini menguraikan informasi pokok pada
budidaya jamur tiram putih, yang dilatarbelakangi adanya permasalahan
pembibitan jamur tiram F-3 atau F-4 di tingkat petani. Kegiatan
pembibitan jamur tiram dilakukan di Kebun Percobaan Malang, sejak tahun
2007.
Sebagai langkah awal menjadi petani jamur tiram hendaknya petani
belajar sambil bekerja untuk mengetahui dan memahami secara langsung
karakter dan kebutuhan lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman jamur
tiram ini. Sebetulnya budidaya jamur tiram sangat mudah, sederhana dan
teknologinya sudah tersedia.
Kunci keberhasilan budidaya jamur tiram
dipengaruhi oleh (1) Media tumbuh jamur, (2) Proses sterilisasi bag log
(F-3 atau F-4) dan (3) Menjaga lingkungan tumbuh jamur yaitu faktor
lingkungan dalam rumah jamur yang meliputi suhu, kelembaban
ruangan, cahaya dan sirkulasi udara. Yang perlu dipelajari secara baik
dan seksama dalam pembuatan media tanam adalah (1) Pencampuran formulasi
media harus benar-benar rata, (2) Kandungan nutrisi media tanam
mencukupi untuk pertumbuhan tubuh buah jamur dan (3) Suhu
sterilisasi dijaga stabil 100˚C selama sterilisasi. Keempat hal tersebut
kalau tidak dapat dipenuhi dapat menyebabkan kegagalan budidaya jamur
tiram.
Dalam pembuatan bibit Jamur tiram terdapat berbagai formulasi,
setiap penangkar umumnya memiliki komposisi formulasi yang berbeda,
namun demikian terdapat komposisi formulasi standart : Formulasi 1 :
Serbuk gergaji kayu albasia (sebagai ancer-ancer 10 kg) , Katul jagung
16%, tepung jagung 4%, CaC03 1%, tetes 1%, dan
air 60-70% (bila adonan dikepal tidak pecah). Formulasi 2 : serbuk
gergaji kayu albasia 78%, katul padi 20%, CaC03 1%,
tetes 1% dan air 60-70% ( bila adonan dikepal tidak pecah). Pengisian
kantong plastik dengan campuran formulasi harus padat, agar bibit yang
ditanam dapat menjalar merata. Kapasitas kantongan plastik 1,000gr media
tanam dan harus tahan panas dengan suhu sterilisasi 100-110˚C dengan
lama sterilisasi 4-5 jam. Setelah media selesai disterilisasi didiamkan
24 jam dan kemudian diinokulasi. Selanjutnya bag log diletakkan pada
ruang dengan suhu 28-30˚C untuk penumbuhan miselium. Setelah miselium
tumbuh 100%, bag log dikondisikan pada lingkungan untuk penumbuhan tubuh
body jamur tiram, dilakukan pengaturan suhu rumah jamur 22 -28˚ C dan
kelembaban 80%-90%, kebutuhan cahaya dalam rumah jamur sekitar lebih
dari 40 lux dan sinar matahari bersifat menyebar. Sirkulasi udara yang
lancar akan menjamin pasokan Oksigen, untuk itu bangunan dindingnya
dibuat dari anyaman bambu dan dibuat ventilasi/jendela. Keberhasilan
dalam pembuatan bag log tingkat kontaminasi 2-3% dan serangan penyakit
pada media tanam dapat dihindari. Nilai BER (Biological Efficiency
ratio) 60%.
Sumber:
Wigati Istuti
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
No comments:
Post a Comment